-->
Debat publik Kandidat Cabup dan Cawabup Kabupaten Penajam
Paser Utara yang dilaksanakan pada malam tanggal 19 Juni menjadi ajang para
paslon memperlihatkan “produk” dan “value”
yang mereka miliki. Secara objektif saya mencoba mengulas satu persatu.
Mustaqim – Sofyan Nur
Pada sesi pemaparan visi misi, Mustaqim menunjukkan gesture
yang agak grogi, dan terlalu membuang-buang waktu untuk sebuah opening
seolah-olah ingin memberikan sambutan. Hal ini menyebabkan pemaparan visi-misi
paslon no 1 tidak maksimal. Mustaqim hampir tidak memaparkan apa misi dan
program unggulan yang akan dilaksanakan. Beruntung keyword “melanjutkan” merupakan entry
point dari visi misi paslon ini. Sehingga dengan satu kata tersebut
setidaknya dapat memberikan gambaran kepada masyarakat seperti apa gaya
pembangunan 5 tahun ke depan. Pada sesi penajaman, saya menilai pertanyaan yang
diajukan kepada paslon no.1 terlalu menyerang dan sedikit “mengintimidasi”,
jika dibandingkan dengan pertanyaan untuk dua paslon lain. Celakanya, Mustaqim
tidak bertahan dengan baik. Padahal dia punya potensi besar untuk menepis
serangan tersebut dengan memaparkan prestasi-prestasi yang telah diraih
Penajam, serta diperkuat dengan data-data yang ada. Memasuki pertengahan debat, Mustaqim mulai
tampil percaya diri dan berusaha menjawab pertanyaan sebaik yang dia bisa. Mustaqim
memberikan penjelasan terkait upaya peningkatan PAD dengan sangat baik dan
menegaskan bahwa dia adalah orang yang sangat berpengalaman di birokrasi
pemerintahan. Puncaknya adalah pada sesi akhir, disaat smua paslon tidak berani
menggaransi rampungnya pembangunan jembatan Penajam – Balikpapan, Mustaqim
dengan lantang memastikan jembatan tersebut dapat selesai dalam masa satu
periode jabatan. Meskipun dapat menjadi blunder, namun garansi yang diberikan
Mustaqim merupakan langkah yang berani. Mustaqim mampu menunjukkan dirinya
paham benar dengan mekanisme penganggaran pembangunan jembatan tersebut. Hal
ini dapat menarik para pemilih yang kebelet
menginginkan jembatan tersebut segera dibangun.
Sofyan Nur tampil sedikit lebih baik pada beberapa sesi.
Anak dari petahana ini sepertinya kurang diberikan porsi lebih untuk tampil
pada debat publik ini, sehingga potensi yang dimilikinya tidak begitu keluar. Dengan
visi “melanjutkan”, Sofyan terlihat terlalu
Yusran, dan menutupi potensi yang dimilikinya sebagai anak muda yang
identik dengan inovasi dan hal-hal kreatif. Seharusnya Sofyan membiarkan
Mustaqim yang mengambil peran itu, dan dia fokus untuk membranding dirinya sebagai pembaharu, sehingga keduanya dapat
terlihat sebagai paket yang saling melengkapi. Saya menantikan Sofyan menggagas
hal-hal baru yang lebih segar dibandingkan hanya sekedar melanjutkan, sayang sekali hal ini tidak dilakukan. Namun pada sesi
Tanya jawab, Sofyan tampil cukup tricky
ketika menjawab permasalahan angka kemiskinan dengan memberikan angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), dan memaparkan pengaruh kondisi ekonomi nasional
terhadap angka kemiskinan. Kombinasi bertahan dan menyerang yang cukup baik.
Andi Harahap – Fadly
Imawan
Andi tampil cukup nyentrik
pada debat publik ini. Dengan retorika yang sederhana, Andi menjawab pertanyaan
dengan simple dan lugas pada beberapa sesi, dan menurut saya cukup efektif,
karena hal tersebut menyebabkan Andi memberi porsi yang cukup untuk berbagi
peran dengan wakilnya. Beberapa kali Andi melakukan serangan pada paslon No. 1
yang notabene merupakan bagian dari pemerintahan sekarang dengan cara yang
cukup vulgar. Namun lagi-lagi, kurangnya data dan materi yang kurang
dipersiapkan membuat pemaparan Andi terlalu normatif dan tidak spesifik.
Klaimnya bahwa pemerintahannya dahulu lebih baik dari pemerintahan sekarang pun
jadi tidak berarti apa-apa, bahkan dapat menjadi blunder tanpa data dan
pemaparan yang lebih rinci. Andi tampil cukup offensive namun rapuh pada pertahanan. Beruntung tidak ada paslon
lain yang se offensive dia, sehingga
statement yang dibuat tidak menjadi boomerang untuk cabup No.2 ini. Pada sesi
akhir terkait pembangunan jembatan, Andi menjawab dengan sangat to the point dan tidak memilih untuk
bermain aman seperti paslon No.3. Hal ini dapat menarik simpati masyarakat yang
menilai Andi realistis, namun juga berpotensi membuat Andi kehilangan suara
dari masyarakat yang sangat menginginkan jembatan. Beruntung Fadly tampil
sebagai penutup memberikan argument pelengkap bahwa masih banyak sector yang
harus diprioritaskan selain jembatan tersebut.
Penilaian saya, Fadly tampil cukup bersinar pada debat kali
ini. Hal ini (mungkin) karena dia diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk
tampil. Menjawab pertanyaan dengan baik, terutama pada permasalahan air bersih.
Bagaimana cara meretas permasalahan air bersih, hingga menyentuh gagasan
penyulingan air laut menjadi air tawar menjadi gagasan yang cukup brilliant, meskipun dapat menjadi
blunder apabila ada paslon lain yang menanyakan penganggarannya, mengingat teknologi
tersebut sangatlah mahal dan akan sulit diterapkan dalam waktu dekat. Fadly
hadir sebagai pelengkap yang pas untuk Andi, dan harus berhati-hati agar tidak
dinilai lebih dominan dari Andi. Namun tetap saja, pemaparan tanpa ditunjang
dengan data hanya akan menjadi argument yang lemah. Seperti kebanyakan paslon
lain, Fadly juga tidak hadir dengan data dan kesiapan materi.
Persoalan-persoalan yang dibahas tidak begitu dalam dan tajam.
Abdul Gafur – Hamdan
Gafur tampil cukup meyakinkan pada awal-awal debat. Gagasan
membangun dari desa bukanlah gagasan baru di Indonesia, namun cukup menarik
jika coba diterapkan di Kab. Penajam Paser Utara. Program 300 M untuk desa
dalam setahun juga beberapa kali disounding
untuk meyakinkan para masyarakat desa yang diklaim tidak mendapat manfaat
maksimal dari pembangunan yang dinilai oleh paslon No.3 tidak merata. Beruntungnya
lagi, tidak ada paslon lain yang mempertanyakan feasibility dari program ini. Padahal menganggarkan hampir sepertiga
APBD untuk 1 program saja adalah hal yang cukup untuk menyerang paslon ini. Potensi
blunder Gafur yang lain menurut saya adalah serangan bahwa penerimaan PNS yang
syarat dengan aksi sogok, dibahasakan dengan diksi angkatan 30, 50, 100. Statmen
ini sebenarnya merupakan tuduhan serius kepada penyelenggra pemerintahan, baik
yang dahulu maupun yang sekarang. Beruntung paslon lain tidak menyerang balik
dengan meminta data dan bukti. Hal lain adalah Gafur tidak memanfaatkan potensi
dirinya sebagai pengusaha. Saya tidak mendengar gagasan Gafur terkait peningkatan
ekonomi dengan memberdayakan dan meningkatkan kontribusi UMKM di Penajam, meskipun
dia telah sedikit memaparkan langkah-langkah dan upaya menarik investor.
Berbeda dengan 2 cabup lainnya yang merupakan orang lama, Gafur seharusnya mampu memperkenalkan dirinya sebagai
orang yang berbeda, muda dan energik dengan membuat antitesa dari
kelemahan-kelemahan pemerintah terdahulu.
Seperti Mustaqim, Hamdan juga nampak cukup grogi pada debat
kali ini, Hamdan bahkan sampai salah menyebut nomor urut paslon. Pemaparan yang
disampaikan Hamdan juga terlalu normatif dan tidak spesifik serta nyaris tanpa
data yang akurat. Padahal porsi yang diberikan Gafur kepada Hamdan tergolong
cukup apabila disampaikan dengan to the
point dan tidak bertele-tele. Hamdan melemahkan dirinya pada sesi closing statement. Saya melihat dia
tidak memposisikan dirinya sebagai partner dengan Gafur, namun hanya sebagai display pelengkap. seolah akan manut-manut wae terhadap kebijakan yang akan
dikeluarkan. Hamdan seolah ingin memberitahu publik bahwa mereka akan akur
sepanjang 1 periode. Namun kesan yang muncul justru tidak seperti itu. Padahal
sebagai legislator, Hamdan cukup memiliki potensi menunjukkan power yang lebih
tanpa mendominasi Gafur. Citra seperti itu yang seharusnya ia perlihatkan. Satu
hal yang menarik dari Hamdan adalah dia menawarkan tata kelola birokrasi yang
lebih humanis. Hal yang nyaris tidak disinggung oleh paslon lain. Hamdan mem-branding dirinya dengan pribadi yang damai
dan penuh senyuman. Hamdan bermain apik pada detai-detail “touchy” berusaha mengambil hati para pegawai pemerintahan, yang
(menurut Hamdan) selama ini kedisiplinan dilakukan dengan cara kekerasan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, ketiga pasangan calon melakukan
pemaparan yang terlalu normatif, meskipun secara subtansi sedikit-banyak telah
tersampaikan ke publik. Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan waktu debat
yang membuat gagasan yang diutarakan tidak terlalu dalam dibahas oleh tiap
pasangan. Alasan lain, mungkin kurangnya persiapan yang dilakukan oleh paslon
dan masing-masing tim untuk menghadapi debat, hal ini terlihat dari minimnya
data yang diuraikan pada saat menyampaikan gagasan maupun tanya jawab. Tiap
paslon memiliki potensi-potensi yang sama baiknya dalam debat, namun kurang
dimaksimalkan. Diferensiasi tiap calon harusnya bisa lebih dipertajam untuk
menunjukkan kelebihan calon yang satu dan yang lainnya.
Namun debat hanyalah debat, hanya salah satu instrument
untuk menilai paslon dalam kanal-kanal strategi politik. Tiap paslon pun pasti
telah memiliki target market masing-masing. Bahkan bisa jadi debat ini tidak
berpengaruh signifikan terhadap potensi perolehan suara. Masyarakat pun tidak
akan serumit tulisan ini dalam menentukan pilihan.
Selamat berpesta demokrasi, tetap damai PPU…
Penulis:
Amiruddin Akbar Fisu
Wakil Dekan Fakultas
Teknik Univ. Andi Djemma
Wakil Ketua Harian IKA
PWK Unhas
Putra daerah PPU
Nb: Saya menulis artikel ini secara objektif dan tanpa ada
tendensi dari pihak manapun.
Keren
BalasHapus