Sebuah Chating untuk esok hari...

Tulisan ini berawal dari hastag #15harimenulisdiblog , ide dari kanda @hurufkecil dan @elnaa_ di jejaring twitter yang mencoba menantang para followersnya untuk menulis di blognya masing-masing selama 15 hari berturut-turut. Tema pertama yang mereka lemparkan adalah “CIUMAN PERTAMA”... Tema yang luar biasa untuk seseorang makhluk seperti saya. Namun saya mencoba untuk bermain. Trimakasih untuk kedua pemilik akun tersebut  ^^ .
__________________________________________________________________________


Pertemuan dengan dia tadi sore membuatku gundah, permintaannya mengejutkanku. Malam ini aku benar-benar membutuhkan seorang pembimbing, dan kemudian, kulihat sebuah akun yang sedang online... sudah lama sekali tak ngobrol denganNya.

AKU : Apa kau sedang sibuk?
TUHAN : Hhmp.. Aku tak pernah sesibuk dirimu
AKU : Yaah aku tahu, tak ada sinyal yang buruk di atas sana... Kau mampu online spanjang hari. Bolehkah aku bertanya?

TUHAN : Lihatlah, kau bahkan telah bertanya... terkadang Aku lupa, bagaimana aku bisa menciptakan makhluk se-lugu dirimu...
 AKU : Hei ayolah... kau Tuhan, kau bahkan bisa menciptakan yang tak terpikirkan, dan... ah... sudahlah. Tuhan... dia mengajaku berciuman, kau tahukan.. dia yang kumaksud?
TUHAN : Lupakah kau, aku ini Tuhan, bagaimana mungkin Aku tak tahu yang kau maksud.
AKU : Berhentilah menyombongkan dirimu, dan kali ini seriuslah menaggapi diriku. Dia mengajakku, dan kini kubimbang...  haruskah kulakukan?


TUHAN : Kau tahu apa yang harus kau lakukan...
AKU : Entahlah, terkadang aku merasa hubungan ini begitu rumit...
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisalah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Aku tidak pernah merasa benar-benar senang dengannya. Ini membuatku khawatir
TUHAN  : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU  : Lalu bagaimana dengannya?
TUHAN  : Berhentilah khawatir, lakukanlah yang perlu kau lakukan.
AKU : Apa Kau merestuiku...?
TUHAN : Kau tahu yang mana harus Kurestui, selalu ada akib dan atib di kedua bahumu. Aku rasa kau tahu tentang ini.
AKU  : Trima kasih atas chating indah malam ini ^^
………TUHAN has signed out

Keesokan hari , di halte yang sepi seperti biasa, ku kecup keningnya sebelum ku mengakhiri hubunganku dan dia... ciuman pertama tak  selamanya harus sesama bibir, setidaknya itu menurutku. Dia terisak, dan aku berlalu...
Hari itu, terakhir kali ku duduk di halte kayu itu.
___________________________________________________________________________

Tulisan ini murni fiksi, Tuhan sama sekali tidak memiliki akun, jadi  jangan pernah berfikir aku benar-benar chatting denganNya. Mungkin yang menemaniku chat adalah "tuhan yang berbeda", mungkin dia hanya tokoh yang mencoba-coba menjadi Mario Teguh. Untuk adegan di halte... yah... itu sedikit fiksi...

Pertama kali hendak memposting tulisan ini, saya sedikit takut... bukan, bukan sedikit, ini menjadi sangat takut. Bagaimana kau coba memanusiakan Tuhan lewat sebuah percakapan yang sangat klise seperti diatas. Nampaknya, setelah tulisan ini terpublish... saya harus segera sholat tobat 216 rakaat... 

Komentar