Di Jendela Kamar Depan.....






Di sini, di jendela kamar depan, tempatku menopang dagu, mengawang-awangkan khayal, menyusup kan rindu yang merayap-rayap direlungku. Sejak malam terakhir September aku menjadi pengagum kenangan. Penggemar kisah-kisah klasik romantik dalam pekatnya gelap yang mendekap. Menjadi penikmat candu insomnia tanpa kafein karena ilusi wajah peri bintang yang tak lelah begadang. Bertindak seolah subjek dalam lagu bernuansa rindu pada masa silam.

Di sini, di jendela kamar depan yang basah karna hujan, ku pinta jelasmu, mengapa Sang Pengelana Mimpi tak pernah bosan membawa "kau", mengaburkan jarak aku dengan gulingku, menggigilkan aku dalam selimutku kemudian kembali membangunkanku.... setelahnya. Bahkan ketakutan akan karma yang dimingkan malam tak mampu menghalangi ruas-ruas mataku menikmati jumput pagi yang memanjat ujung jendela kamarku. Aku takut tak bisa melupakanmu.

Ingatkah, saat kau ngambek sore-sore di beranda sambil memandangi layang-layang api yang berkejaran di udara. Kau diam..... lamaaa sekali...... dan ketika para layang-layang api itu lelah, kau bilang, "maaf atas air mukaku... aku jutek ya?" aku hanya menggeleng sambil tersenyum. Hampir saja aku meleleh dari beranda. Kau tahu, saat itu aku sadar,  aku menyukai pipimu yang cembung, suaramu yang ranum. Aku menyukaimu.... itu saja...


Komentar