Pesan tak sampai



Sebenarnya surat ini ingin kusampaikan padamu wahai engkau yang menakhlukkan hatiku. Ingin kuselipkan tiap kata ini dalam lembar-lembar kehidupanmu. Namun aku hanyalah lelaki yang tak mampu membeli keberanian dengan ungkapan akan percikan-percikan rasa dalam sanubari ini.

Assalamualaikum wahai engkau yang menakhlukkan hatiku

Telah sekian tahun rasa ini terpendam, rasa yang benar-benar ingin segera kutuntaskan tanpa harus mengorbankan perasaanku atau hatimu. Andai bisa ku memohon padaNya untuk meminta waktu melangkah mundur, menghilangkan adegan tatapanmu saat pertemuan pertama kita, tatapan yang membuat kalbu ini terus saja mengingatmu.



Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin aku bukanlah pria yang siap untuk segera bisa menikah denganmu. Masih banyak sisi dikehidupanku yang harus kuisi dan menatanya dengan baik. Sungguh tak ingin ku tanggung beban ini yang akan berujung pada sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata,  bukanlah hubungan pacaran yang kuinginkan dari mu... percayalah, bukan itu.

Wahai engkau yang selalu mampu membuatku berdesir.Mungkin, saat ini hatiku milikmu, namun aku berjanji, takkan kuberikan satu titik pun bahkan kepadamu sekalipun. Aku ingin bertekad, saat-saat indahku hanya akan kuberikan pada bidadariku kelak. Kumohon, tolonglah bantu aku meraih bidadariku jika ia bukanlah dirimu.

Tahukah kau wahai pemilik hatiku, saat seperti inilah yang sungguh sangat kutakutkan, andai Dia tak memberiku setitik saja rasa malu, sungguh sudah kupinang dirimu... sebagai pacarku.

Aku yang sekarang.... yang tidak mengerti diriku....

Andai boleh ku meminta kepadamu, sudikah kau menungguku hingga ku benar-benar siap meminangmu dan kau pun siap dengan pinannganku? Tapi kadang ku berfikir bahwa semua pasti kan berlalu, begitupun dengan perasaan ini. Namun ada ketakutan dari dalam relungku, bila kelak ku kan melupakanmu... aku takut takkan pernah lagi menemukan dirimu... dalam diri mereka-mereka yang lain.

Wahai engkau yang telah menaklukkan hatiku...
Ijinkan aku menutup surat ini, biarkan waktu kan menjawab takdirku, takdirmu, takdir kita. Mungkin saat kau telah menimang cucu-cucumu, dan akupun telah renta dengan tongkatku, mungkin kita kan tersenyum bersama mengingat betapa tragis dan lucunya kisah kita hari ini ^^.

Atau mungkin saat kita di pertemukan setelah persimpangan jalan, kita pun tersenyum bersama, betapa kita menikmati buah setelah menahan rindu yang begitu mengusik hidup ku hari ini.
Mintalah Kepada Tuhanmu, Tuhanku, Tuhan seluruh ummat manusia, jalan yang terbaik untuk kita.

Wassalam.

Komentar

  1. akhirnya dipublikasikan jg surat cinta yang tlah berlumut didalam laptop..aplauuss..plakplakplak..heheheheee

    BalasHapus
  2. weww...
    spechless baca tulisanmu hari ini..
    :')

    BalasHapus

Posting Komentar