Walaupun garis mati itu menyesakkan...
Kalaupun inter harus takhluk 0-3 semalam tadi...
Aku masih ingin bermain....
Ini postingan ke 4 dari permainan #15harimenulisdiblog . Trimakasih kepada kanda @hurufkecil dan @elnaa_ yang membuatku tak tenang mengerjakan Tugas deadline sebelum memberi setoran ke 4 ini. Tulisan ini kupersembahkan juga untuk para peserta lain, terkhusus @adriantohidayat , @galuhzulaikha dan @baniholic . Tulisan - tulisan mereka sungguh menginspirasi. (Ini dah kaya dapat nominasi apaa gitu pake trimakasih2 sgala)Kalaupun inter harus takhluk 0-3 semalam tadi...
Aku masih ingin bermain....
__________________________________________________________________________________
Namanya
Dirga....
Sosok teduh,
yang berbahagia melihat senyum mereka.... dan bersedih atas tiap aliran air mata
yang tumpah. Dia selalu punya tempat untuk sang mentari dan sisi lain untuk
cahaya rembulan.
Dialah Dirga...
Yang tak
pernah lelah bekerja, bahkan disaat semua orang tertidur.... dia takkan pernah absen untuk bertasbih kepada Penciptanya. Dirga.... yang telah hidup sekian lama... untuk menghidupi
kehidupan-kehidupan lainnya.
Dengan usia
yang telah renta, dengan berbagai pitak dikepalanya... rambut hijaunya sering rontok (mungkin dirontokkan) akhir-akhir ini, dengan wajah keringnya,
namun ia masih mencoba tersenyum, dan ketahuilah... dia masih saja bekerja.
Lihatlah, ia
mulai tampak lelah, mungkin karna rokok pemberian mereka, wajahnya kusam,
sesekali ia batuk, nampaknya Dirga mulai sakit.... ya... dia mungkin sakit.
Dirga
mungkin sakit.... Kata mereka dirga demam... setelah mereka menempelkan
punggung tangan mereka di kening dirga.... ya... dia benar-benar demam.
Tak tega dengan dirga... mereka menaruh AC dikamar dirga... betapa bodohnya mereka... dirga tak suka dengan benda dingin itu.... namun mereka acuh... bahkan kembali memasangnya disudut-sudut lain... cih... aku benci mereka...
Dirga mulai
rabun... penyakitnya bertambah kian hari... sejenak... mereka mengungkapkan
keprihatinan... lalu ... lima menit kemudian... mereka melanjutkan membaca
koran.... dan menyeruput kopi mereka... Lupakah
mereka... betapa dirga slama ini bgitu banyak membantu mereka... aku semakin
tak suka....
Dirga sampai
disatu titik yang mengkhawatirkan.... Mereka mulai panik.... mereka takut
kehilangan dirga... Kali ini mereka jujur... namun mereka lupa... Dirga sakit
karna mereka...
Kebencianku
bertambah kepada mereka... ketika beberapa dari mereka memvonis... Dirga akan
mati di 2012 nanti....
Aku tak
ingin Dirga pergi... Aku masih ingin membuatkannya pesta ulang tahun di 22
April nanti... tapi... Dirga benar-benar sakit...
Hari ini...
Dirga masih bekerja.... dia harus terus bekerja.... Di tengah penderitaannya...
Dia masih saja tersenyum...
Namanya
Dirga....
ya.... Dia selalu punya tempat untuk sang mentari dan sisi lain untuk
cahaya rembulan...
Cepet sembuh Dirga....
Jika kau lihat gempa dan Tsunami...
percayalah... Dirga tidak sedang marah... Dia hanya sedang sakit, sakit
parah.... Percayalah....
Mari sayangi dirga, berhentilah
menebang , jika perlu, tanamlah satu saja pohon, di belakang rumahmu...
Karna dialah Dirga.... Dialah Rumah
kita... Dialah BUMI kita...
Karna dialah Dirga... yang sangat menyayangi kita...
Karna dialah Dirga... yang sangat menyayangi kita...
Komentar
Posting Komentar