Senyum Raya...

Masih ingat postingan ga jelas yang berjudul "Jangan terlalu lama yaa" ??? kalo belom dan minat baca tulisan ga jelas itu... klik  >> disini << .... nah ternyata beberapa teman menganjurkan untuk membuat cerita pengantar dari tulisan itu dilanjutkan menjadi cerpen. Tulisan ini adalah versi cerpennya.... soooo... bacayaaa ^^
--------------------------------------------------------------------------------



Sore ini, lepasku memandikan hedwiq dan sembari ku menunggu kolak pemberian tetangga dingin, kuingat curhatan seorang kawan tentang gadis pujaannya. Namanya Raya, kawan unyu yang ku temukan semasa kayang di bangku sekolah dulu. Wajahnya psycho abiss, tapi dalam hatinya rapuh total. Suaranya lucu, kayak ringtone hape polyphonic. Dia penggemar berat film harry potter. Cita-citanya ingin menikah dengan Emma Watson dan punya anak seperti Baim. Mari kita doakan agar doi tak kesampaian masuk rumah sakit jiwa... Amin.



Raya menyukai seorang wanita yang ia temui di halte kayu kampus. Yang menarik dari wanita ini adalah fashionnya, ia begitu menyukai warnah merah-putih. Kerudung, baju, rok hingga aksesoris yang ia kenakan tidak jauh-jauh dari warna bendera negara tercinta ini kawan. Pernah sekali waktu aku diajak Raya untuk bersua dengannya, melihatnya... spontan membuatku ngecek kalender. Ini sudah tanggal 17 Agustus??? Ternyata belum.

Mungkin wanita ini punya jiwa nasionalisme yang begitu tinggi, mungkin untuk mengajaknya menikah, harus pake lagu maju tak gentar atau berkibarlah benderaku, entahlah kawan, yang jelas, Raya harus merelakan wanita ini dengan pria lain karena proses pdkt yang terlalu lama, dan aku harus mendengarkan curhatnya sepanjang malam.

Kini Raya terpuruk, kerjaannya di rumah cuman meluk galon. Dia jadi sering ngigau, katanya... kalo nanti kawin sama Emma, dia pengen cuma punya dua anak, yang satu Baim, yang satunya lagi ubur-ubur... ikut program Keluarga Berecanda.

Saya mencoba menghibur Raya, kupinta ia bercerita tentang lelaki yang berani merebut pujaan hatinya itu. Menurut Raya, wanita itu menyukai pria yang pendiam, cool, dan misterius... Saya langsung membayangkan sosok Limbad yang sedang gigit-gigit kabel.

Cowok yang dia sukai  itu, cowok yang radjin bangoen pagi sedjak 1905,  cowok yang jago banget main gitar... apalagi klo maen gitarnya sampe lepas tangan gitu.... Saya mulai menegak air minum, menenangkan diri. 
Katanya, gadis pujaannya itu suka tipe cowok romantis...yang klo si cewek kentut di mobil, si cowok ga bakal buka kaca jendela.... disini tanganku mulai gemetar.

Semakin lama cerita Raya semakin tak waras... sampai akhirnya ia meraung-raung tak karuan. Kunanantikan saat-saat ini dari kemarin, segera kurampas galon yang mulai longgar dari pelukannya, dan lari ke depot air galon isi ulang terdekat, meninggalkan Raya yang terpuruk di ruang belakang.
Berkali-kali ku menggelengkan kepala melihat tingkah laku Raya, kadang ku berfikir, seandainya geleng-geleng ini bisa dipakai untuk hal yang lebih bermanfaat, untuk dugem... atau tahlillan misalnya, jadi nyesel sendiri ngelakuinnya. 

Suatu hari kuperkenalkan Raya pada salah seorang teman wanitaku, setidaknya kucoba untuk bisa menghiburnya. Namun ia tak kunjung move on. Kini kutahu Raya adalah tipe orang yang tak gampang berdamai masa lalu. Raya menjadi galau sendiri ketika melihat bendera Merah Putih berkibar di depan kantor camat, Raya menggaruk selangkangannya saja.... yang keluar adalah serpihan kenangan. Setiap bangun pagi, wajah Raya seperti habis ditindih sama suaminya KD.... Raul Lemes. Sedih juga melihat keadaan seperti ini harus berlangsung lama.

Sampai suatu hari, Raya muncul dari pintu samping dan menarik lenganku. Dengan semangat kudengar ceritanya, cerita tentang gadis tomboi nan aduhai penyuka musik regae. Kusimak Raya bercerita dengan penuh semangat bagaimana proses mereka bertemu. Ketika sang gadis di tempat fotocopy jurusan psikologi masih bingung harus mengcopy contoh skripsi yang mana, judul pertama : Perhitungan Estimasi Untung-Rugi Pulsa Bagi Pasangan LDR, atau judul kedua: Teknik Pengikhlasan (calon) Mantan,.... namun tanpa ragu, tanpa memperkenalkan diri, dan tentu saja tanpa malu, si Raya langsung menunjuk skripsi yang kedua. Dia terus bercerita.... dan aku terus mendengarkan.

Kini mulai kubayangkan sosok wanita itu, mungkin rambutnya di cat hijo-kuning-merah kya supporter bola kesurupan. Tapi sosok inilah yang mengembalikan senyum Raya, setidaknya saya tak lagi kesulitan untuk ngisi ulang galon. Suatu hari, aku harus bertemu dan berterimakasih pada gadis raya yang satu ini.






Komentar

Posting Komentar