Film: The Wind Rises, lukisan terakhir Miyazaki


Di tengah frustasi mencari metode dan permodelan yang cocok untuk fisibility study water way, saya membongkar file-file film yang udah kedownload tapi belum ditonton. Pilihan saya jatuh pada ‘The Wind Rises’ karya terakhir dari animator senior Jepang, eyang Miyazaki.

Film ini bercerita tentang kisah nyata Horikoshi Jiro, seorang desainer dan pesawat tempur Jepang yang dipakai pada masa Perang Dunia Kedua. Jiro yang sejak kecil sudah jatuh cinta kepada pesawat memutuskan menjadi desainer karena kelainan matanya membuatnya tidak bisa menjadi pilot. Dalam perjalanan meraih impian tersebut, Jiro ditemani oleh satu sosok idolanya, desainer pesawat terbang asal Italia bernama Giovanni Battista  yang datang melalui mimpi dan berbicara banyak kepadanya tentang penerbangan, filosofi dalam membangun sesuatu dan tanggung jawab apa yang nantinya akan dihadapi Jiro dalam keputusannya untuk membangun pesawat yang akan dipakai untuk berperang. Selain itu, film ini juga menghabiskan banyak waktu memperlihatkan kehidupan pribadi Jiro dari mulai ia kecil, sekolah, sampai akhirnya bekerja untuk Mitsubishi dan menikah.

www.thatfilmguy.net


Sebelumnya, saya baru menonton dua film lain Miyazaki, yaitu Spirited Away dan My Neighbor Totoro. Jika dibandingkan, The Wind Rises adalah karya Miyazaki yang paling ‘realistis’ diantara ketiganya. Realistis ala Miyazaki yang saya maksudkan adalah cerita tanpa monster, hantu dan makhluk-makhluk aneh serta cerita yang terjadi di ‘dunia yang kita tinggali’. Mungkin karena film ini memang diangkat dari kisah nyata Horikosi Jiro. Hayao Miyazaki bahkan menyempatkan diri untuk merangkum dan menampilkan visualisasi dari berbagai peristiwa sejarah yang mempengaruhi struktur masyarakat Jepang pada masa berjalannya alur cerita seperti gempa Bumi di Kanto pada tahun 1923, bangkitnya kekuasaan Nazi di Jerman hingga awal keterlibatan Jepang di Perang Dunia II untuk menambah kesan autentik dari jalan cerita film ini. Sayangnya, menurut saya The Wind Rises kemudian berubah menjadi sebuah opera drama percintaan yang berjalan begitu lama dan mengambil alih paruh kedua masa penceritaan film. Paruh kedua film ini membuat saya jadi mengingat film Habibie Ainun karya om Hanung. Terlepas dari hal tersebut, pada film ini saya merasa diberikan kebebasan bermain bersama interpretasi yang saya miliki, menyerap cerita terkait proses kehidupan dan kemudian menganalisa ide-ide kuat dalam nada gelap yang Miyazaki lemparkan pada berbagai sisi cerita, mulai dari sejarah hingga kisah cinta klasik dangkal namun kokoh yang lebih banyak tampil lewat ekspresi sederhana para karakter.

moarpowah.com

Satu poin penting yang menurut saya yang menjadi kelemahan sekaligus kekuatan Wind Rises adalah alur dan tempo film yang datar dan lamban. Hampir tidak ada titik puncak yang terlihat jelas dalam film ini. Perjalanan karir Jiro dari mulai pelajar hingga sukses di Mitsubishi dimainkan secara lembut dan pelan oleh Hayao Mizayaki yang efeknya bagai pedang bermata dua, bisa membuat frustrasi atau justru  menghanyutkan perasaan para penonton. Namun pace dan alur yang lambat dan datar ini juga merupakan kekuatan The Wind Rises apabila kita melihat tema film. Gaya penceritaan yang seolah tidak mempunyai drama menggarisbawahi perasaan melankolis yang ada di bawah permukaan visual indah dari The Wind Rises. Kesendirian, keegoisan, keburukan yang ada di belakang sebuah mimpi indah, dan kehilangan tanpa kita sadari meluap dan muncul sebagai fondasi tema dari film yang sangat kompleks ini.

 spinoff.comicbookresources.com

Terlepas dari deretan kelemahan penceritaannya, saya melihat The Wind Rises sebagai sebuah lukisan indah, sebuah pemandangan yang akan mampu mempesona siapapun yang melihatnya. Dengan deretan gambar yang cantik di setiap adegan, The Wind Rises mampu menampilkan berbagai panorama seperti keromantisan di kala turunnya hujan, kekhawatiran dan ketegangan saat terjadinya bencana alam, kecantikan tubuh pesawat saat meliuk di langit lepas atau gambaran alam hutan dan pedesaan yang indah dan tidak kalah dengan kualitas yang mampu dihasilkan oleh teknologi animasi komputer. Penggarapan gambar dan teknis produksi yang minimalis namun mampu menghasilkan kualitas presentasi maksimal, karya yang sangat memanjakan mata, terimakasih Miyazaki :)

Komentar

Posting Komentar