Review Debat Pilkada Penajam Paser Utara 2018 : Potensi-potensi yang Menguap.


-->




Debat publik Kandidat Cabup dan Cawabup Kabupaten Penajam Paser Utara yang dilaksanakan pada malam tanggal 19 Juni menjadi ajang para paslon memperlihatkan “produk” dan “value” yang mereka miliki. Secara objektif saya mencoba mengulas satu persatu.


Mustaqim – Sofyan Nur
Pada sesi pemaparan visi misi, Mustaqim menunjukkan gesture yang agak grogi, dan terlalu membuang-buang waktu untuk sebuah opening seolah-olah ingin memberikan sambutan. Hal ini menyebabkan pemaparan visi-misi paslon no 1 tidak maksimal. Mustaqim hampir tidak memaparkan apa misi dan program unggulan yang akan dilaksanakan. Beruntung keyword “melanjutkan” merupakan entry point dari visi misi paslon ini. Sehingga dengan satu kata tersebut setidaknya dapat memberikan gambaran kepada masyarakat seperti apa gaya pembangunan 5 tahun ke depan. Pada sesi penajaman, saya menilai pertanyaan yang diajukan kepada paslon no.1 terlalu menyerang dan sedikit “mengintimidasi”, jika dibandingkan dengan pertanyaan untuk dua paslon lain. Celakanya, Mustaqim tidak bertahan dengan baik. Padahal dia punya potensi besar untuk menepis serangan tersebut dengan memaparkan prestasi-prestasi yang telah diraih Penajam, serta diperkuat dengan data-data yang ada.  Memasuki pertengahan debat, Mustaqim mulai tampil percaya diri dan berusaha menjawab pertanyaan sebaik yang dia bisa. Mustaqim memberikan penjelasan terkait upaya peningkatan PAD dengan sangat baik dan menegaskan bahwa dia adalah orang yang sangat berpengalaman di birokrasi pemerintahan. Puncaknya adalah pada sesi akhir, disaat smua paslon tidak berani menggaransi rampungnya pembangunan jembatan Penajam – Balikpapan, Mustaqim dengan lantang memastikan jembatan tersebut dapat selesai dalam masa satu periode jabatan. Meskipun dapat menjadi blunder, namun garansi yang diberikan Mustaqim merupakan langkah yang berani. Mustaqim mampu menunjukkan dirinya paham benar dengan mekanisme penganggaran pembangunan jembatan tersebut. Hal ini dapat menarik para pemilih yang kebelet menginginkan jembatan tersebut segera dibangun.

Sofyan Nur tampil sedikit lebih baik pada beberapa sesi. Anak dari petahana ini sepertinya kurang diberikan porsi lebih untuk tampil pada debat publik ini, sehingga potensi yang dimilikinya tidak begitu keluar. Dengan visi “melanjutkan”, Sofyan terlihat terlalu Yusran, dan menutupi potensi yang dimilikinya sebagai anak muda yang identik dengan inovasi dan hal-hal kreatif. Seharusnya Sofyan membiarkan Mustaqim yang mengambil peran itu, dan dia fokus untuk membranding dirinya sebagai pembaharu, sehingga keduanya dapat terlihat sebagai paket yang saling melengkapi. Saya menantikan Sofyan menggagas hal-hal baru yang lebih segar dibandingkan hanya sekedar melanjutkan, sayang sekali hal ini tidak dilakukan. Namun pada sesi Tanya jawab, Sofyan tampil cukup tricky ketika menjawab permasalahan angka kemiskinan dengan memberikan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan memaparkan pengaruh kondisi ekonomi nasional terhadap angka kemiskinan. Kombinasi bertahan dan menyerang yang cukup baik.

Andi Harahap – Fadly Imawan
Andi tampil cukup nyentrik pada debat publik ini. Dengan retorika yang sederhana, Andi menjawab pertanyaan dengan simple dan lugas pada beberapa sesi, dan menurut saya cukup efektif, karena hal tersebut menyebabkan Andi memberi porsi yang cukup untuk berbagi peran dengan wakilnya. Beberapa kali Andi melakukan serangan pada paslon No. 1 yang notabene merupakan bagian dari pemerintahan sekarang dengan cara yang cukup vulgar. Namun lagi-lagi, kurangnya data dan materi yang kurang dipersiapkan membuat pemaparan Andi terlalu normatif dan tidak spesifik. Klaimnya bahwa pemerintahannya dahulu lebih baik dari pemerintahan sekarang pun jadi tidak berarti apa-apa, bahkan dapat menjadi blunder tanpa data dan pemaparan yang lebih rinci. Andi tampil cukup offensive namun rapuh pada pertahanan. Beruntung tidak ada paslon lain yang se offensive dia, sehingga statement yang dibuat tidak menjadi boomerang untuk cabup No.2 ini. Pada sesi akhir terkait pembangunan jembatan, Andi menjawab dengan sangat to the point dan tidak memilih untuk bermain aman seperti paslon No.3. Hal ini dapat menarik simpati masyarakat yang menilai Andi realistis, namun juga berpotensi membuat Andi kehilangan suara dari masyarakat yang sangat menginginkan jembatan. Beruntung Fadly tampil sebagai penutup memberikan argument pelengkap bahwa masih banyak sector yang harus diprioritaskan selain jembatan tersebut.

Penilaian saya, Fadly tampil cukup bersinar pada debat kali ini. Hal ini (mungkin) karena dia diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk tampil. Menjawab pertanyaan dengan baik, terutama pada permasalahan air bersih. Bagaimana cara meretas permasalahan air bersih, hingga menyentuh gagasan penyulingan air laut menjadi air tawar menjadi gagasan yang cukup brilliant, meskipun dapat menjadi blunder apabila ada paslon lain yang menanyakan penganggarannya, mengingat teknologi tersebut sangatlah mahal dan akan sulit diterapkan dalam waktu dekat. Fadly hadir sebagai pelengkap yang pas untuk Andi, dan harus berhati-hati agar tidak dinilai lebih dominan dari Andi. Namun tetap saja, pemaparan tanpa ditunjang dengan data hanya akan menjadi argument yang lemah. Seperti kebanyakan paslon lain, Fadly juga tidak hadir dengan data dan kesiapan materi. Persoalan-persoalan yang dibahas tidak begitu dalam dan tajam.

Abdul Gafur – Hamdan
Gafur tampil cukup meyakinkan pada awal-awal debat. Gagasan membangun dari desa bukanlah gagasan baru di Indonesia, namun cukup menarik jika coba diterapkan di Kab. Penajam Paser Utara. Program 300 M untuk desa dalam setahun juga beberapa kali disounding untuk meyakinkan para masyarakat desa yang diklaim tidak mendapat manfaat maksimal dari pembangunan yang dinilai oleh paslon No.3 tidak merata. Beruntungnya lagi, tidak ada paslon lain yang mempertanyakan feasibility dari program ini. Padahal menganggarkan hampir sepertiga APBD untuk 1 program saja adalah hal yang cukup untuk menyerang paslon ini. Potensi blunder Gafur yang lain menurut saya adalah serangan bahwa penerimaan PNS yang syarat dengan aksi sogok, dibahasakan dengan diksi angkatan 30, 50, 100. Statmen ini sebenarnya merupakan tuduhan serius kepada penyelenggra pemerintahan, baik yang dahulu maupun yang sekarang. Beruntung paslon lain tidak menyerang balik dengan meminta data dan bukti. Hal lain adalah Gafur tidak memanfaatkan potensi dirinya sebagai pengusaha. Saya tidak mendengar gagasan Gafur terkait peningkatan ekonomi dengan memberdayakan dan meningkatkan kontribusi UMKM di Penajam, meskipun dia telah sedikit memaparkan langkah-langkah dan upaya menarik investor. Berbeda dengan 2 cabup lainnya yang merupakan orang lama, Gafur seharusnya mampu memperkenalkan dirinya sebagai orang yang berbeda, muda dan energik dengan membuat antitesa dari kelemahan-kelemahan pemerintah terdahulu.

Seperti Mustaqim, Hamdan juga nampak cukup grogi pada debat kali ini, Hamdan bahkan sampai salah menyebut nomor urut paslon. Pemaparan yang disampaikan Hamdan juga terlalu normatif dan tidak spesifik serta nyaris tanpa data yang akurat. Padahal porsi yang diberikan Gafur kepada Hamdan tergolong cukup apabila disampaikan dengan to the point dan tidak bertele-tele. Hamdan melemahkan dirinya pada sesi closing statement. Saya melihat dia tidak memposisikan dirinya sebagai partner dengan Gafur, namun hanya sebagai display pelengkap. seolah akan manut-manut wae terhadap kebijakan yang akan dikeluarkan. Hamdan seolah ingin memberitahu publik bahwa mereka akan akur sepanjang 1 periode. Namun kesan yang muncul justru tidak seperti itu. Padahal sebagai legislator, Hamdan cukup memiliki potensi menunjukkan power yang lebih tanpa mendominasi Gafur. Citra seperti itu yang seharusnya ia perlihatkan. Satu hal yang menarik dari Hamdan adalah dia menawarkan tata kelola birokrasi yang lebih humanis. Hal yang nyaris tidak disinggung oleh paslon lain. Hamdan mem-branding dirinya dengan pribadi yang damai dan penuh senyuman. Hamdan bermain apik pada detai-detail “touchy” berusaha mengambil hati para pegawai pemerintahan, yang (menurut Hamdan) selama ini kedisiplinan dilakukan dengan cara kekerasan.


Kesimpulan
Secara keseluruhan, ketiga pasangan calon melakukan pemaparan yang terlalu normatif, meskipun secara subtansi sedikit-banyak telah tersampaikan ke publik. Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan waktu debat yang membuat gagasan yang diutarakan tidak terlalu dalam dibahas oleh tiap pasangan. Alasan lain, mungkin kurangnya persiapan yang dilakukan oleh paslon dan masing-masing tim untuk menghadapi debat, hal ini terlihat dari minimnya data yang diuraikan pada saat menyampaikan gagasan maupun tanya jawab. Tiap paslon memiliki potensi-potensi yang sama baiknya dalam debat, namun kurang dimaksimalkan. Diferensiasi tiap calon harusnya bisa lebih dipertajam untuk menunjukkan kelebihan calon yang satu dan yang lainnya.

Namun debat hanyalah debat, hanya salah satu instrument untuk menilai paslon dalam kanal-kanal strategi politik. Tiap paslon pun pasti telah memiliki target market masing-masing. Bahkan bisa jadi debat ini tidak berpengaruh signifikan terhadap potensi perolehan suara. Masyarakat pun tidak akan serumit tulisan ini dalam menentukan pilihan.

Selamat berpesta demokrasi, tetap damai PPU…

Penulis:
Amiruddin Akbar Fisu
Wakil Dekan Fakultas Teknik Univ. Andi Djemma
Wakil Ketua Harian IKA PWK Unhas
Putra daerah PPU

Nb: Saya menulis artikel ini secara objektif dan tanpa ada tendensi dari pihak manapun.

Komentar

Posting Komentar